Laman

Rabu, 24 Oktober 2012

MUARA





Muara adalah wilayah badan air yang menjadi pertemuan antara satu atau lebih sungai pada wilayah pesisir dengan wilayah laut. Muara sangat terpengaruh oleh kondisi air daratan seperti aliran air tawar dan sedimen, serta air lautan seperti pasang-surut, gelombang, dan masuknya air asin. Sebagai hasilnya, muara mengandung banyak ceruk biologis dalam area kecil, dan begitu juga terkait dengan tingginya keanekaragaman hayati.
Muara-muara sungai biasanya terjadi pasang surut sungai (dalam bahasa ilmiah aestus), dan sering dicirikan oleh sedimentasi atau endapan lumpur dari darat yang terbawa air hujan. Kondisi air di muara terdiri dari air payau.
Muara sungaiadalah lingkungan laut yang pH, salinitas, dan kadar air bervariasi, tergantung pada hilir sungai yang bermuara dan salinitas laut (samudra dan lautan memiliki tingkat salinitas yang berbeda). Waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya siklus pembentukan muara disebut dengan waktu pembilasan.[2]
§  Muara sirkulasi adalah muara pada umumnya; hal ini terjadi ketika air tawar atau air payau mengalir keluar di dekat permukaan, sementara air garam padat mengalir ke dalam di dekat bagian bawah.
§  Anti-Aliran muara adalah kebalikannya, di mana air mengalir keluar padat di dekat bagian bawah dan kurang padat ke dalam air yang beredar di permukaan.


Selasa, 23 Oktober 2012

PASANG SURUT LAUT


Pasang Surut adalah fluktuasi muka air laut karena gaya tarik menarik benda-benda langit khususnya bulan dan matahari terhadap massa air di muka bumi.

Pasang Purnama (pasang paling besar) adalah pasang yang terjadi saat bulan, bumi, dan matahari terletak pada satu garis lurus.
Pasang Perbani adalah pasang yang terjadi saat bulan, bumi, dan matahari membentuk sudut 90 derajat.


Fungsi pasang surut adalah untuk menentukan elevasi bangunan-bangunan di pantai. Misalnya :
1) Elevasi puncak bangunan pemecah gelombang dan dermaga ditentukan oleh elevasi muka air pasang.
2) Kedalaman alur pelayaran dan perairan pelabuhan ditentukan oleh elevasi muka air surut.




Senin, 22 Oktober 2012

Gelombang Pantai

Gelombang adalah fluktuasi muka air laut yang diakibatkan oleh tiupan angin dan merambat ke arah pantai.

Macam-macam gelombang :
1) Gelombang di laut dalam
2) Gelombang di laut transisi
3) Gelombang di laut dangkal

Deformasi gelombang :
1) Refraksi
    yaitu suatu fenomena di mana gelombang dibelokkan arahnya.

2) Difraksi
    yaitu gelombang jika menemui penghalang akan terbelokkan ke belakang penghalang.

3) Refleksi
    yaitu peristiwa pemantulan gelombang karena adanya penghalang.


4) Gelombang Pecah
    gelombang pada satu tempat karena perubahan kedalaman akan pecah

PANTAI

Potensi Pantai :
Ø  Pariwisata
Ø  Pelabuhan
Ø  Permukiman
Ø  Industri
Ø  Perikanan
Masalah Pantai :
Ø  Sedimentasi
Ø  Erosi
Ø  Land Subsiden (penurunan tanah)
Ø  Intrusi air laut
Pantai adalah daerah tepi laut yang dibatasi oleh pasang tertinggi dan surut terendah.
Pesisir adalah wilayah tepi laut yang dipengaruhi laut (pasang surut air laut, angin laut, intrusi laut).
Garis sempadan Pantai adalah daerah di daratan di sepanjang pantai yang dapat menjaga kelestarian pantai (berkisar + 100 m dari pantai).
Pantai memiliki kesetimbangan alami yang dinamis. Maksudnya saat di suatu pantai terjadi erosi maka di pantai lain akan terjadi sedimentasi dan suatu saat dapat kembali ke keadaan semula

Minggu, 21 Oktober 2012

Rawa Lebak

Lahan rawa lebak seringkali didefinisikan sebagai lahan rawa non-pasang surut, yang karena posisinya di dataran banjir sungai mendapat genangan secara periodik sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, yang berasal dari curah hujan dan/atau luapan banjir sungai. Genangan yang membanjiri lahan lebak dapat terjadi lebih dari satu kali, akibat curah hujan di wilayah tangkapan hujan di bagian hilir sungai memiliki pola bimodal, yaitu dengan dua puncak musim hujan.

Istilah dan tipe lahan rawa lebak adalah :

􀂃 Renah, adalah bagian yang paling tinggi dari tanggul sungai. Biasanya jarang kebanjiran, oleh karena itu umumnya dimanfaatkan untuk rumah-rumah dan perkampungan penduduk.

􀂃 Talang, adalah lahan darat atau lahan kering yang tidak pernah kebanjiran, dan merupakan bagian dari wilayah berombak sampai bergelombang, terdiri atas batuan sedimen, atau batuan volkan masam.

􀂃 Lebak Pematang, adalah sawah di belakang perkampungan. dan merupakan sebagian dari wilayah tanggul sungai dan sebagian wilayah dataran rawa belakang. Lama genangan banjir umumnya kurang dari 3 bulan, atau minimal satu bulan dalam setahun. Tinggi genangan rata-rata kurang dari 50 cm. Oleh karena genangan air banjir selalu dangkal, maka bagian lebak ini sering juga disebut “Lebak Dangkal”.

􀂃 Lebak Tengahan, adalah sawah yang lebih jauh lagi dari perkampungan. Genangannya lebih dalam, antara 50 sampai 100 cm, selama kurang dari 3 bulan, atau antara 3-6 bulan. Masih termasuk wilayah Lebak Tengahan, apabila genangannya dalam, lebih dari 100 cm, tetapi jangka waktu genangannya relatif pendek, yaitu kurang dari 3 bulan.

􀂃 Lebak Dalam, adalah bagian lebak yang dalam airnya, dan sukar mengering kecuali pada musim kemarau panjang. Disebut juga “lebak lebung”, tempat memelihara ikan yang tertangkap, waktu air banjir telah surut. Tinggi air genangan umumnya lebih dari 100 cm, selama 3-6 bulan, atau lebih dari 6 bulan. Masih termasuk Lebak Dalam, apabila genangannya lebih dangkal antara 50-100 cm, tetapi lama genangannya harus lebih dari enam bulan secara berturut-turut dalam setahun.

RAWA


Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam setahun, selalu jenuh air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air dangkal. Dalam pustaka, lahan rawa sering disebut dengan berbagai istilah, seperti “swamp”, “marsh”, “bog” dan “fen”, masing-masing mempunyai arti yang berbeda.

Berdasarkan pengaruh air pasang surut, khususnya sewaktu pasang besar (spring tides) di musim hujan, bagian daerah aliran sungai di bagian bawah (down stream area) dapat dibagi menjadi 3 (tiga) zona. Klasifikasi zona-zona wilayah rawa ini telah diuraikan oleh Widjaja-Adhi et al. (1992), dan agak mendetail oleh Subagyo (1997). Ketiga zona wilayah rawa tersebut adalah:
Ø Zona I : Wilayah rawa pasang surut air asin/payau
Wilayah rawa pasang surut air asin/payau terdapat di bagian daratan yang bersambungan dengan laut, khususnya di muara sungai besar, dan pulau-pulau delta di wilayah dekat muara sungai besar.
Ø Zona II : Wilayah rawa pasang surut air tawar
Wilayah pasang surut air tawar adalah wilayah rawa berikutnya ke arah hulu sungai. Wilayahnya masih termasuk daerah aliran sungai bagian bawah, namun posisinya lebih ke dalam ke arah daratan, atau ke arah hulu sungaI.
Ø Zona Ill : Wilayah rawa lebak, atau rawa non-pasang surut
Wilayah rawa lebak terletak lebih jauh lagi ke arah pedalaman, dan dimulai di wilayah dimana pengaruh pasang surut sudah tidak ada lagi. Oleh karena itu, rawa lebak sering disebut sebagai rawa pedalaman, atau rawa non-pasang surut.